20 Juli, 2009

Puisi Sebatang Akar

PUISI SEBATANG AKAR

Aku adalah akar...
Aku tak punya mahkota layaknya bunga...
Warnaku pun tak menarik untuk disanjung dan dipuja, bahkan aroma tubuhku pun tak pernah sewangi sang bunga yang sanggup memikat lebah, kumbang, burung kecil pengisap madu dan juga manusia.

Aku memang bukan bunga...
Aku bukan bunga yang dapat meliuk gemulai seiring dengan terpaan angin, lepaskan segenggam penat jagad nan padat
Aku bukan bunga yang kerap menjadi sumber inspirasi bagi para pengagum seni.

Aku adalah akar...
Aku tertimbun dibawah tanah, dan diatas sana ribuan kaki menginjakku tanpa kenal sopan santun. Jangankan untuk memuji wajahku, melirik saja pun tidak
Aku memang tak kelihatan. Bahkan kadang, waktu sepertinya terlalu sempit untuk sekedar menganggapku ada. Aku nyaris terlupakan.

Aku memang hanya akar...
Ya, aku akar !!! Tubuhku terdiri dari bulu-bulu halus detektor yang mendeteksi keberadaaan air dan zat hara yang ada di dalam tubuhku
Juga pembuluh-pembuluh yang bertugas menghantarkan zat hara, untuk kemudian dimasak pada klorofil daun dalam proses fotosintesis, lantas hasil masakannya kelak diedarkan keseluruh organ tubuh, hingga sang pohon dapat bertahan hidup.

Aku adalah akar...
Aku tak perlu menjadi daun ataupun bunga, karena Aku adalah akar !!!!
Meski kumbang dan kupu-kupu itu tak pernah menghampiriku, tak pula pernah kudengar sekelumit pujian untukku, tapi aku puas menjadi akar, karena Aku adalah akar yang selalu mencari air untuk daun dan bunga, bahkan air itu untuk kelanggengan usia sang pohon. Bukan hanya air setetes , melainkan kuingin sedanau, bahkan kalau bisa seluas samudera raya. Setiap hari kujalani tugas mulia ini dengan tulus, semoga selalu ada kabar gembira bagi daun dan bunga, sehingga bisa ku titipkan girat senyum bahagiaku untuk awan putih dan langit tinggi. Sampaikanlah salam manis buat semilir sejuk dan kupu-kupu cantik itu
Dariku : Akar

Setiap kita, sudah barang tentu ingin tampil semolek bunga, atau seminimal seperti daun! Kita ingin selalu berkedudukan tinggi, harapan beragam pujian dalam setiap sisi kehidupan, hingga nama kita bagai semerbak bunga-bunga yang harum itu. Atau minimal seperti daun, yaitu sebagai pendamping sang bunga!! Mungkin hanya satu dari seribu, kita yang rela menduduki posisi akar, jauh terdesak dalam pengapnya tanah, diinjak-injak, tidak dipuja, bahkan tidak disebut-sebut namanya. Selain itu, kewajibannya cukup berat bagaikan kuli bawahan yang mencari dan mengangkut air.

Padahal sadar atau tidak, diam-diam manusia akar, yang tengah meracik harum kasturi segar, memoles bentuk mahkota indah, mengundang kupu-kupu surga, serta mempersiapkan pujian maha tinggi, yang dapat diperoleh siapapun selain dirinya sendiri, karena telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk bermanfaat bagi daun dan bunga, bahkan seluruh pohon!! Serta dengan segenap prestasi kerja, tanpa menuntut popularitas dan tanpa pamrih. Dengan kata lain melakukannya dengan total ikhlas kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar